Tensi Turun, Obat Hipertensi Berhenti?

RSKC

Menggunakan obat anti-hipertensi dalam jangka waktu lama memang mengundang kebosanan dan kadang juga pertanyaan. Di tengah isu penggunaan obat jangka panjang yang “katanya” mengakibatkan hal buruk pada ginjal. Tak ayal, sering kita temui rekan-rekan yang hanya meminum obat anti-hipertensi ketika tensi naik saja. Ketika tensi kembali normal, obat dihentikan. Penggunaan seperti ini membuat obat anti-hipertensi seolah menjadi obat simptomatik, alias penghilang gejala. Namun benarkah?

Dengan peningkatan tensi berulang, SVR (sistemik vaskular resistance) kita lama kelamaan akan naik secara rata-rata. Hal ini membuat otot jantung kita makin:”berotot”. Mengapa? karena jantung kita sebagai pompa dipaksa untuk melawan tekanan berlebih pada sistem pemipaannya (baca:pembuluh darah). Layaknya otot binaragawan, makin sering dilatih beban, maka makin besarlah dia. Pun juga otot jantung kita, karena tensi tidak terkontrol, otot jantung makin “molor”.

Sayangnya, kemampuan jantung kita ada batasnya. Ketika dia sudah mencapai pembesaran maksimal, kekuatan kontraksinya akan turun. Hal ini digambarkan dengan CO (cardiac output) yang menurun. Maka tak heran bila suatu ketika, seorang yang menderita hipertensi lama yang tidak terkontrol, tensinya bisa kembali normal. Ya,…seolah normal.

Obat anti-hipertensi bekerja dengan mengendalikan SVR, sehingga diharapkan penurunan cardiac output bisa diperlambat. Selain itu, ada pula yang bekerja dengan meningkatkan cardiac output.

Kini kita bisa melihat tujuan pengobatan ini ke depan bukan?

Just click and share….

Leave a comment